ANALISA SISTEM TENAGA
II. ANALISIS ALIRAN DAYA
III. ANALISIS GANGGUAN
IV. ANALISIS KESTABILAN
1. Turan Gonen, “Modern Power System Analysis”, John Wiley Sons Inc., 1988.
2. William D. Stevenson, Jr. “Analisis Sistem Tenaga Listrik”, Penerbit Erlangga, 1993.
3. W. D. Stevenson, Jr. and John J. Granger, Power System Analysis’, Mc Graw Hill, 1994.
4. C. L. Wadhana, Electrical Power System”, Wiley Estern United, 1987.
Konsep Dasar
Daya kompleks dalam saluran transmisi seimbang.
Sehingga :
Dan
Dan
Atau
Bila : R diabaikan
Contoh :
Andaikan impedansi saluran transmisi yang terhubung dari rel 1 dan rel 2 adalah 100 60° Ω dan tegangan Rel 1 = 73.034,8 30o V dan Rel 2 = 66.395,3 20o, per fase. Tentukan :
a. Daya kompleks per fase yang disalurkan dari Rel 1 ke Rel 2.
b. Daya aktif per fase
c. Daya reaktif per fase
Penyelesaian :
a.
b.
c.
Diagram Satu Garis :
Diagram Impedansi Tiga Fase :
Diagram Impedansi Satu Fase :
Diagram Reaktansi (R diabaikan) :
Sistem per unit (pu) atau persatuan (ps)
Sistem satu fase :
Nilai dasar
[A]
Dengan :
= arus dasar [A]
= volt ampere dasar [VA] (ditentukan atau dipilih)
= tegangan dasar [V] (ditentukan atau dipilih)
Sehingga impedansi dasar dapat ditentukan :
[Ω]
Bila :
Maka :
[Ω]
[Ω]
Atau :
[Ω]
Dengan :
= tegangan dasar [KV]
= daya dasar [MVA]
Impedansi per unit :
[pu] ;
Atau :
pu
pu
pu
pu
pu
pu
pu
Impedansi kompleks :
pu
Ω
pu
Dengan :
pu ; pu
Daya kompleks :
VA
pu
Dengan :
pu ; pu
Bila : [V] ; pu
[VA]
Atau :
[VA]
pu
Sehingga :
pu
pu
Atau :
pu
Konversi nilai pu ke nilai fisik :
A
V
Ω
Ω
Ω
VA
W
VAR
Perubahan nilai dasar :
Sehingga :
Atau :
Sistem tiga fase :
A
Atau :
A
Ω
Ω
Ω
V
Dan
VA
A
Atau :
Dan :
Ω
Atau :
Ω
Hubungan Transformator
Contoh – contoh :
1. Transformator 3 fase, 20 MVA ; 345 Y – 34,5 Y KV dengan x = 12 %, hubungan transformator Y – Y. Pilih dasar 20 MVA dan 345 KV pada sisi tegangan tinggi.
Tentukan :
Reaktansi trafo dalam pu.
Impedansi dasar pada sisi TT (tegangan tinggi).
Impedansi dasar pada sisi TR (tegangan rendah).
X trafo dilihat dari sisi TT (tegangan tinggi) (Ω).
X trafo dilihat dari sisi TR (tegangan rendah) (Ω).
Penyelesaian :
X = 2 % = 0,12 pu
Ω
Ω
Ω
Ω
Atau :
Ω
2. Contoh 1 dengan trafo hubungan Y – ∆, tegangan 345 Y– 34,5 ∆ KV.
Tentukan :
Perbandingan belitan.
X dilihat dari sisi TR (Ω).
X dilihat dari sisi TR (pu).
Penyelesaian :
pu
Atau :
pu
3. Diagram satu garis sistem sebagai berikut :
G : 4160 KVA dan 1000 A dan melayani beban induktif murni pu.
T1 : 6000 KVA ; 2,4 Y – 24 Y KV ; X = 0,04 pu.
T2 : tiga buah trafo 1 fase dengan daya 4000 KVA ; 2,4 Y– 12 Y KV dengan X = 0,04 pu.
Tentukan :
Nilai dasar KVA.
Tegangan dasar (line to line) KV.
Impedansi dasar.
Arus dasar. (untuk ketiga bagian rangkaian sistem)
Arus per unit.
Tegangan (pu) pada Rel 1, 2 dan 4.
S (pu) pada Rel 1, 2 dan 4.
Penyelesaian :
Pilih KVAB adalah 2080 KVA.
atau dan
Tegangan dasar yang dipilih adalah 2,5 KV pada sisi generator 2,4 KV ; 25 KV pada sisi 24 KV dan 12,5 KV pada sisi 12 KV.
Dan
Dan
d. Arus dasar :
A A
Dan
A A
Dan
A A
A
pu
pu
Dan
pu
pu
pu
pu
pu
pu
pu
Result :
Kuantitas | Sisi 2,4 KV | Sisi 24 KV | Sisi 12 KV |
KVAB (3Ø) | 2080 KVA | 2080 KVA | 2080 KVA |
KVB (L–L) | 2,5 KV | 25 KV | 12,5 KV |
ZB | 3,005 Ω | 300,5 Ω | 75,1 Ω |
IB | 480 A | 48 A | 96 A |
Ifisik | 1000 A | 100 A | 200 A |
Ipu | 2,08 pu | 2,08 pu | 2,08 pu |
Vpu | 0,96 pu | 0,9334 pu | 0,8935 pu |
Spu | 2,00 pu | 1,9415 pu | 1,8585 pu |
Contoh :
G : 3Ø 20 KV Saluran: 64 km M1 : 13,2 KV M2 : 13,2 KV
300 MVA XS= 0,5 Ω/km 200 MVA 100 MVA
X” = 20 % X” = 20 % X” = 20 %
T1 : 3Ø ; 350 MVA ; 230/20 KV ; X = 10 %
T2 : tiga buah trafo 1Ø, masing – masing : 100 MVA ; 127/13,2 KV ; X = 10 %
a. Gambar diagram reaktansi (dengan semua reaktansi dalam per satuan).
Jawaban :
Pilih rating generator sebagai dasar pada rangkaian generator. (20 KV ; 300 MVA)
Rating 3Ø trafo T2 :
3 x 100 MVA = 300 MVA
Tegangan :
KV
Tegangan dasar :
- pada saluran : 230 KV
- pada rangkaian motor : KV
Reaktansi dengan rating baru :
Trafo T1 : ps
T2 : ps
Impedansi dasar saluran :
Ω
ps
Jadi diagram reaktansinya :
b. Jika M1 dan M2 mempunyai masukan masing – masing : 120 dan 60 MW pada 13,2 KV dengan Cos Ø = 1, carilah tegangan pada terminal generator.
Jawaban :
Kedua motor menerap daya 180 MW ps
Pada motor :
ps
ps
Sehingga :
ps
Pada generator :
ps
Sehingga tegangan terminal generator :
KV
Jawaban Soal Ujian Tengah Semester (UTS) Genap 2006/2007
1.
G : 100 MVA
33 KV
X” = 15 %
T : 100 MVA
32 KV ∆ / 110 KV Y
X = 8 %
M1 input : 30 MVA (pada 30 KV, X” = 20 %)
M2 : 20 MVA (pada 30 KV, X” = 20 %)
M3 : 50 MVA (pada 30 KV, X” = 20 %)
Gambarkan diagram reaktansi sistem dengan mengambil nilai dasar pada rangkaian generator (100 MVA ; 33 KV).
Penyelesaian :
Dasar tegangan pada :
- saluran = KV
- rangkaian motor : KV
Reaktansi transformator :
ps
Reaktansi saluran :
ps
Reaktansi motor :
M1 : =
ps
M2 : =
ps
M3 : =
ps
Diagram reaktansi sistem tersebut :
STUDI ALIRAN DAYA/BEBAN
Tujuan:
1. Memeriksa tegangan pada setiap rel dan memeriksa profil tegangan sistem.
2. Menghitung aliran – aliran daya pada saluran dan memeriksa kapasitas semua peralatan yang ada dalam sistem apakah cukup besar untuk menyalurkan daya yang diinginkan.
3. Untuk menghitung pengaruh kehilangan sementara dari saluran dan atau pembangkitan pada pembebanan sistem.
4. Untuk menentukan kedudukan sadapan – sadapan transformator untuk operasi yang ekonomis.
5. Untuk memperoleh kondisi mula pada studi – studi lanjutan.
Menganalisis keadaan sekarang dari sistem dan untuk perencanaan pengembangan sistem selanjutnya.
Macam rel dan besaran – besarannya:
a. Rel pedoman = Slack Bus
= Swing Bus
b. Rel generator = Voltage Control Bus
= PV Bus
c. Rel beban = Load Bus
= PQ Bus
Pada tiap – tiap rel ada empat besaran :
1. Daya real P
2. Daya reaktif Q.
3. Harga skalar tegangan | V |.
4. Sudut fasa tegangan θ.
Pada setiap rel 2 besaran tersebut ditentukan dan 2 besaran dari hasil perhitungan.
Besaran – besaran yang ditentukan :
a. Rel pedoman : | V | dan θ.
b. Rel generator : P dan | V |.
c. Rel beban : P dan Q.
Daya rel untuk rel i pada sistem daya n rel :
Dengan :
Si = Daya rel bentuk kompleks pada rel ke i.
Pi = Daya real pada rel ke i.
Qi = Daya reaktif pada rel ke i.
PGi = Daya real yang dibangkitkan mengalir menuju rel ke i.
PLi = Daya real beban yang mengalir keluar dari rel i.
PTi = Daya real yang disalurkan keluar dari rel i.
QGi = Daya reaktif yang dibangkitkan mengalir ke rel i.
QLi = Daya reaktif beban yang mengalir keluar dari rel i.
QTi = Daya reaktif saluran yang keluar rel i.
Dalam studi aliran beban diasumsikan sistem tiga fasa seimbang yang beroperasi pada frekuensi tetap.
Persoalan aliran beban dapat diselesaikan menggunakan matriks admitansi rel (Yrel) atau matriks impedansi rel (Zrel).
Atau :
Setiap rel dari jaringan mempunyai empat variabel yaitu :
Daya real dan daya reaktif, magnitudo tegangan dan sudut fase tegangan.
Daya kompleks yang mengalir ke rel i:
Secara umum, ada tiga tipe dari rel untuk persoalan aliran beban :
1. Slack bus (rel pedoman).
2. Generator bus (PV bus).
3. Load bus (rel beban = PQ bus).
Ada dua besaran variabel yang disebutkan sebelumnya yang dispesifikasikan untuk setiap rel dan dua dihitung seperti pada tabel berikut :
Tipe rel | Kuantitas diketahui | Kuantitas tidak diketahui |
Slack bus(Rel pedoman) | | V | = 1,0θ = 0 | P, Q |
Generator(PV bus) | P, | V | | Q, θ |
Load(PQ bus) | P, Q | | V |, θ |
1. Metode Iterasi Gauss
Andaikan persamaan linier simultan dengan n yang tidak diketahui (X1, X2, X3, . . . Xn variabel bebas) sebagai berikut :
Dimana akoefisien dan b variabel tidak bebas diketahui. Sistem persamaan linier diatas dapat ditulis sebagai berikut :
Andaikan harga awal dari variabel – variabel bebas :
Sehingga :
Harga awal :
Iterasi (k + 1) :
2. Metoda Iterasi Gauss – Seidel
Penggunaan Metode Gauss - Seidel: YREL
Atau :
Dalam bentuk matriks :
Matriks admitansi Rel :
Komponen diagonal Yiidibentuk dari perjumlahan secara aljabar semua admitansi yang berhubungan ke simpul i. Dan komponen diluar diagonal Yij = Yjidibentuk dari admitansi yang menghubungkan simpul i dan j : Yij– Yij.
Contoh :
Pemodelan Untuk Studi Aliran Beban Admitansi Rel (Bus Admittance)
Sistem berikut:
Dalam bentuk matrik
Dengan :
Dan
Untuk sistem n rel
Dan
Tegangan rel pada iterasi ke (K + 1) dapat ditentukan sesuai persamaan (*) setelah Vi(k)dan Ii(k) diperoleh pada iterasi ke (k) sebagai berikut :
Dari dua persamaan diatas rumusan umum untuk menetukan tegangan rel pada rel ke i (berupa rel PQ) :
Rel 1 dibuat sebagai rel pedoman (slack bus) dengan | V | dan sudut fasa θ diketahui. Jadi perhitungan tegangan rel dimulai dengan rel 2.
Bila rel ke i adalah “PV Bus” dimana P dan | V | diberikan, kemudian Q yang tidak diketahui dapat dihitung :
Diambil bagian imajiner dari persamaan diatas :
Setelah tegangan rel V2, V3, . . . , Vn diperoleh, daya rel pada “Slack Bus” dapat ditentukan dari :
Atau :
Setelah semua tegangan rel diketahui, maka aliran daya pada saluran transmisi dapat ditentukan secara lengkap.
Sehingga :
Dengan :
= Admitance of Line ij
= Total Line Charging Admitance
Daya real dan reaktif mengalir dari rel i ke rel j :
Atau :
Dan daya real dan reaktif mengalir dari rel j ke rel i :
Pemakaian faktor percepatan α
1.
Misalnya rel 1 sebagai rel pedoman dengan tegangan tetap ps. Tegangan awal untuk semua rel beban diberikan ps.
Tentukan :
a. Matrik admitansi rel.
b. Dengan metoda Gauss – Seidel tentukan tegangan V2untuk iterasi pertama.
Penyelesaian :
a.
Sehingga matriks admitansi sistem :
b.
GANGGUAN TIDAK SIMETRIS
Komponen – Komponen Simetris
Teorema fortescue : tiga fasor tidak seimbang dari system tiga fasa dapat diuraikan menjadi tiga system fasor yang seimbang :
Komponen arus urutan positif yang terdiri dari 3 fasor yang sama besar, terpisah satu dengan yang lain dalam fasa sebesar 120o, dan mempunyai urutan fasa yang sama seperti fasor aslinya.
Komponen urutan negative yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya terpisah 120o dengan yang lain, dan mempunyai 1 urutan fasa yang berlawanan dengan fasor aslinya.
Komponen urutan nol, yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya dan pergeseran fasa 0o antara fasor yang satu dengan lainnya.
Misal :
Untuk tegangan Va :
Va1 = urutan positif
Va2 = urutan negatif
Va0 = urutan nol
Komponen urutan positif :
Urutan negatif :
Urutan nol :
Penjumlahan secara grafis :
Operator a :
sebagai pedoman :
Dalam bentuk matriks:
Maka :
Sehingga :
Untuk arus :
Jaringan urutan generator tak berbeban
Jala – Jala Urutan
a. Urutan positif
b. Urutan negatif
c. Urutan nol
Bila terjadi gangguan pada jepitan generator (titik P), arus urutan akan timbul, dan jatuh tegangan urutan pada titik P terhadap tanah :
Persamaan umum tegangan pada titik gangguan. | |
= impedans urutan positif antara N dan P
= impedans urutan negatif antara N dan P
= impedans urutan nol antara N dan P
= impedans netral ke tanah
= impedans urutan nol antara tanah dan P
= tegangan netral generator ke tanah atau pergeseran titik netral
Atau :
Jala – jala urutan transformator
Lambang | Diagram – Diagram Hubungan | Rangkaian Ekivalen Urutan Nol |
| | |
| | |
| | |
| | |
| | |
| | |
Contoh – Contoh:
1.
Jala – jala urutan nol :
2.
Jala – jala urutan nol :
Tugas : 11 – 1 ; 11 – 4
11 – 11 ; 11 – 12
Contoh:
G : 7500 KVA T : 3 buah trafo 1 fasa
4,16 KV 2500 KVA
X” = X2 = 0,10 ps 2400/600 V
Xo = 0,05 ps Y / ∆
Xn = 0,05 ps
Motor : M1, M2, M3dan M4 identik
600 V,
4476 KW (6000 HP)
X” = X2 = 0,20 ps dan Xo = 0,04 ps
Xn = 0,02 ps
Gangguan 1 fasa ke tanah pada P saat beban motor identik
- Gambarlah jaringan urutan yang menunjukkan nilai impedansnya
- Tentukan arus saluran sub peralihan pada semua bagian sistem dengan mengabaikan arus pragangguan.
Jawab:
Pilih rating generator sebagai dasar:
7500 KVA, 4, 16 KV
Dasar :
Ekivalen motor :
Generator :
Vf = 1,0 ps
Arus dasar rangkaian motor :
Arus motor sebenarnya (beban):
Z0 = j 0,09 + j 0,06 = j 0,15 Ps
Ia2 = Ia1 = - j 2,564 Ps
Ia0 = Ia1 = - j 2,564 Ps
Arus gangguan :
= 3Ia0 = 3(- j 2,564) = -j 7,692 Ps
Konponen Ia1 dari arah trafo :
Ia1 dari arah motor :
Ia21 = - j 1,538 Ps
Ia22 = - j 1,026 Ps
Arus pada saluran :
Menuju P dari trafo:
Menuju P dari motor:
Pada sisi tegangan tinggi trafo :
Ia1= j I A1 ; Ia2 = - j IA2
Sehingga :
IA1= - j (-j 1,538) = -1,538
IA2= j (-j 1,538) = 1,538
IA0= 0
Maka :
IA = IA1 + IA2 = 0
IB1 = a2IA1 = (-0,5 – j 0,866) (-1,538)
= 0,769 + j 1,332
IB2 = a IA2 = (-0,5 – j 0,866) (-1,538)
= 0,769 + j 1,332
I== IB1 + IB2 = j 2664 Ps
IC1 = a IA1= 0,769 – J 1,332
IC2 = a2IA2 = - 0,769 – J 1,332
IC = IC1 + IC2 = - j 2,664 ps
Arus dasar :
- Pada rangkaian motor = 7217 A
- Pada rangkaian tegangan tinggi =
= 1041 A
Arus ganguaan = 7,672 x 7217
= 55.500 A
Arus pada saluran antara trafo dan ganguaan :
- Pada saluran a = 3, 076 x 7217 = 22.200 A
- Pada saluran b = 1,538 x 7217 = 11.100 A
- Pada saluran c = 1,538 x 7217 = 11.100 A
Antara motor dan gangguan :
- Pada saluran a = 4,616 x 7217 = 33.300 A
- Pada saluran b = 1,538 x 7217 = 11.100 A
- Pada saluran c = 1,538 x 7217 = 11.100 A
Pada saluran tegangan tinggi :
- Pada saluran A = 0
- Pada saluran B = 2,664 x 1041
= 2773A
- Pada saluran C = 2,664 x 1041
= 2773 A
Contoh:
Suatu sistem digambarkan sebagai berikut:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar